Minggu, 12 Juli 2009

SEJARAH SINGKAT EYANG KYAI ABDUL MALIK

SEJARAH SINGKAT EYANG Ky. ABDUL MALIK

Ky. Abdul Malik bin Ky. Muh. Abdul Karim dilahirkan di Sewulan Dagangan Madiun pada tahun 1890. Beliau adalah putra seorang ulama yang mengasuh pondok pesantren Sewulan sekaligus juga sebagai imam Masjid Agung Sewulan.

Masa kecilnya diasuh dan dididik di lingkungan pesantren yang diasuh oleh ayahnya Ky. Abdul karim, kemudian beliau melanjutkan di pesantren-pesantren di Jawa Timur, antara lain Ponorogo, Tawangsari Tulung Agung di Gedong Nganjuk dan sebagainya. Di pesantren selain mempelajari ilmu-ilmu alat, juga mempelajari dan mendalami ilmu hikmah dan tasawuf.

Sepulang dari pesantren, beliau menikah dengan R.A Umi Habibah binti Ky. As’at dari Selopuro Kebonsari Madiun. Dengan istri pertamanya ini dikaruniai dua anak perempuan yaitu Siti Robi’ah dan Siti Shofiyah.

Siti Robi’ah diambil istri oleh Ky. Marzuki selanjutnya bermukim di Lampung Sumatra, sedangkan Siti Shofiyah diperistri Ky. Moh. Komaruddin, bermukim di Sewulan.

Kemudian beristri lagi dengan seorang putri dari Nganjuk bernama Supinah, dengan istri ke dua ini juga dikaruniai dua orang anak, semuanya putri, yaitu Siti Romlah dan Siti Mariyah. Kemudian beliau mengambil Istri lagi dari Purwodadi Grobogan Jawa Tengah bernama Sudarmi dan dikaruniai lima orang anak, yaitu Muhammad Munhid, Abdul Karim, Badrul Munir, Badriyah, dan Mahmudah.

Sebelum Indonesia merdeka Ky. Abdul Malik aktif di pergerakan-pergerakan perintis kemerdekaan bersama-sama kelompok tujuh Belas, antara lain : Ir. Soekarno, Sultan Pakubuwono X, yang diabadikan dalam buku yang berjudul “DIBAWAH BENDERA REVOLUSI” . Didalam buku tersebut ada foto sembilan orang diantaranya Ky. Abdul Malik memakai peci diurutan ketiga dari kanan.

Beliau juga aktif sebagai juru dakwah dan guru pencak silat Aliran Setia Hati Cimande, dan Kun Tow, sehingga beliau sangat diseganai di daerah Madiun. Pada masa Masyumi terbentuk, Ky. Abdul Malik dipilih sebagai ketua Masyumi wilayah Karesidenan Madiun, karena beliau adalah termasuk tokoh pergerakan Kemerdekaan, maka setelah Indonesia merdeka tentara NICA yang membonceng sekutu yang mendarat di Surabaya dan ingin menguasai Indonesia lagi, kemudian Ky. Abdul Malik membentuk laskar Hisbullah di Karesidenan Madiun yang dipusatkan di Sewulan sebagai markas penggemblengannya. Di Sewulan ini beliau menggembleng para pejuang dengan ilmu kekebalan untuk menggempur sekutu di Surabaya, maka banyak sekali laskar Hizbullah yang dikirim ke Surabaya untuk mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia yang baru di proklamasikan, maka pecahlah peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya yang sekarang kita peringati sebagai hari Pahlawan.

Pada tahun 1942, Ky. Muh Naim selaku Kyai Masjid Sewulan wafat, Ky. Abdul Malik ditetapkan sebagai imam masjid Sewulan, karena kesibukannya dibidang pergerakan dan dakwah maka tugas-tugas kemasjidan diwakilkan kepada menantunya yaitu Ky. Muhammad Komaruddin bin Ky. Muhammad Na’im. Pada saat Ky. Muhammad Na’im masih berkedudukan sebagai Imam masjid, karenan usianya yang lanjut, mulai tahun 1933 tugas-tugas kemasjidan juga diwakilkan pada putranya Ky. Muhammad Komaruddin.

Karena Ky. Abdul Malik adalah termasuk salah satu tokoh pergerakan dan tokoh agama maka pada saat peristiwa Madiun Affair / Pemberontakan PKI Muso di Madiun beliau menjadi target yang harus dihabisi oleh PKI, maka pada saat beliau berdakwah di Magetan, Ky. Abdul malik dijemput oleh PKI dengan tipuan katanya supaya mengisi pengajian, tetapi ternyata dihabisi / dibunuh dan dimasukkan kedalam sumur bersama tokoh-tokoh lainnya di Dusun Batokan Ds. Banjarejo Kec. Gorang-gareng Magetan pada tahun 1948.

Sekarang makam tersebut sudah dibangun cukup megah oleh pemerintah setempat dan disitu didirikan tugu peringatan yang memuat nama-nama korban PKI yang dimakamkan di pemakaman tersebut.